Inovatif, solutif dan kreatif, kata yang bisa menggambarkan para mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2023, khususnya kelompok yang poskonya berlokasi di Desa Lopo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Hal itu, karena para mahasiswa inisiatif membuat paving block dari bahan tak biasa yaitu memanfaatkan limbah sampah plastik dan oli bekas yang banyak ditemukan di sekitar desa dan pesisir pantai lopo.
Dijelaskan oleh Koordinator Desa Sunaryo Gafur, awal mula ide membuat paving block dari bahan tak biasa yang diberi nama Eco Paving muncul karena melihat banyaknya sampah plastik yang ada di Desa Lopo.
Sampah dibiarkan begitu saja tanpa diolah atau dimanfaatkan, dan ada juga yang dibuang sembarangan. Dari situlah muncul keinginan membuat solusi untuk penanggulangan sampah plastik yang pada dasarnya sulit diuraikan dan mencemari lingkungan.
“Sementara memang baru sebatas inovasi dan ide saja. Jadi untuk harga atau pemasaran ya belum ada. Kami membuat contoh Eco Paving juga hanya beberapa saja. Mengulik sedikit, Eco Paving merupakan inovasi dalam membuat paving block dengan mengganti penggunaan semen menjadi bahan dasar sampah plastik.
Perbedaan mendasar antara paving block biasa dengan eco paving ada di bahan dasar yang digunakan. Jika paving block biasa menggunakan agregat, semen dan air kemudian dicetak. Sedangkan jika Eco Paving bahan dasarnya agregat, limbah plastik, dan oli bekas. Sehingga memanfaatkan limbah sebagai bahan baku utama.
Dikatakan koodinator desa Sunaryo Gafur, pembuatan Eco Paving bisa mengurangi limbah plastik dalam jumlah yang besar.
Selain itu, biaya pembuatan atau produksi lebih murah. Bisa juga menambah lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, dan menumbuhkan ekonomi masyarakat. Tidak kalah penting, Eco Paving ini kuat, tahan lama dan tidak menyerap air.
“Untuk penggunaan limbah plastik sebetulnya bergantung cetakannya butuh sampai berapa buah. Tapi biasanya untuk satu paving block kurang lebih menggunakan satu kilogram sampah plastik,” ujarnya.
Membahas mengenai proses produksi atau pembuatan Eco Paving ini, Sunaryo mengungkapkan langkah awal mengumpulkan bahan-bahan terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dimaksud seperti limbah plastik yang bisa didaur ulang, pasir, dan oli bekas, bensin dan sampah kayu untuk bahan bakar.
Sedangkan untuk alat-alat nya sendiri yaitu cetakan paving block, kuali, dan kompor untuk pemanas. Setelahnya ditimbang terlebih dahulu antara pasir dan limbah plastik, tujuannya supaya takaran pas sehingga hasil paving maksimal.
Sebelum masuk proses pencetakan, oli dipanaskan dahulu dalam kuali, setelahnya plastik yang sudah dimasukkan, dipanaskan sampai melebur dan berubah seperti cairan.
Setelah mencair atau semua sampah melebur, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan pasir dan aduk merata sampai teraduk sempurna.
Tahap akhir adonan tersebut dituangkan dalam cetakan paving block yang tersedia, ditekan sampai kondisi dingin dan menjadi bentuk paving block.
“Kami kebetulan ada dua jenis Eco Paving, yaitu satu lebih enteng dan satunya lagi lebih berat. Sebetulnya bahan baku sama, tapi yang membedakan jumlah limbah plastiknya,” papar Sunaryo.
Dikatakan, dalam proses pembuatan satu block Eco Paving kurang lebih membutuhkan waktu dua jam.
“Sementara memang baru produksi sedikit ya buat contoh saja. Intinya disini kami ingin memberikan solusi bagi masyarakat khususnya warga Desa Lopo mengenai sampah plastik bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku paving block dan juga tanpa bantuan dari karang taruna tidak akan berjalan lancar” imbuh Sunaryo .
Bertempat di Gedung LPMPP
Bertempat di Fakultas Ekonomi pukul 09:00 WITA
Pukul 09.30 WITA bertempat di Gedung LPPM Ruang Sidang Lt. 2
Lokasi bertempat di Rektorat UNG